Oleh : M. Nur Ghoyatul Amin
kompasiana.com - Mungkin kita sudah tidak asing lagi melihat foto-foto yang ganteng-ganteng dan cantik – cantik yang dibumbui dengan kata-kata bijak yang berbau janji yang tak jelas. Siapa lagi subyeknya kalau bukan para calon –calon wakil rakyat yang sedang mempromosikan dirinya agar mendapat simpati dari masyarakat.
Pemimpin yang cerdas merupakan hal yang mutlak. Jika melihat foto-foto dengan ukuran yang amat besar, bahkan menyamai tinggi bangunan inangnya, apakah itu bisa menggambarkan citra seorang pemimpin? malah yang ada baliho-baliho itu sangat mengurangi keindahan bangunan tersebut. Pohon besar yang seharusnya dirawat malah ditancapi paku untuk menempelkan gambar-gambar yang cakep-cakep itu dan alhasil jaringan pohon akan terluka, seperti manusia jika terluka pasti merasakan sakit. Setelah selesai dikemanakan sampah baliho-baliho tersebut, jawabanya pasti dibuang begitu saja dan tentunya akan meningkatkan volume plastic dilingkungan kita. Disamping itu sudah berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan dan pemasangan baliho-baliho itu.
Dari kata-kata diatas dapat dilihat berapa banyak kerugian dari pemasangan foto-foto dijalanan, padahal sebetulnya calon pemimpin kita akan membantu masyarakat, namun diawali dengan suatu hal yang merugikan yang lain. Mungkin beberapa calon pemimpin kita tidak mempertimbangkan sampai disitu, padahal efek langsung dan tak langsung akan dirasakan oleh celon-calon pemimpin kita.
Kampanye secara filosofi merupakan bentuk pengenalan diri kita kepada masyarakat. Seorang pemimpin harus dikenal, dikenang dan dicintai oleh masyarakat sepanjang masa. Apakah dengan waktu satu atau dua bulan masyarakat akan mengenal dan mengenang jasa para calon pemimpin kita ?? Tentu tidak. Untuk mengenal orang lain sampai terkenang butuh waktu yang sangat panjang, sehingga sangat tidak masuk akal bagi para pemimpin yang ingin terpilih dengan kampanye yang bersifat “GRADAKAN”.
Untuk bisa dikenang dan dicintai oleh masyarakat kita harus mendekat dan menyatu dengan masyarakat dalam berbagai program –program yang membantu masyarakat dengan tulus dan jauh –jauh hari sebelum acara pemilu, bisa jadi tiga atau empat tahun sebelum pemilu dilaksanakan. Walaupun ada misi dibalik itu, namun pada dasarnya menata niat untuk memperjuangkan rakyat. Ketika kita memiliki kenangan dengan masyarakat, kita tidak perlu lagi memajang foto-foto yang justru memakan biaya dan mengurangi keindahan lingkungan.
Jadi bagi saudara-saudariku, jika kita memiliki keinginan untuk menjadi wakil rakyat yang benar-benar ingin membantu masyarakat. Mari kita publikasikan diri kita mulai dari sekarang. Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang bersifat membantu dan mewarnai, bukan malah menganggu.
Pemimpin yang cerdas merupakan hal yang mutlak. Jika melihat foto-foto dengan ukuran yang amat besar, bahkan menyamai tinggi bangunan inangnya, apakah itu bisa menggambarkan citra seorang pemimpin? malah yang ada baliho-baliho itu sangat mengurangi keindahan bangunan tersebut. Pohon besar yang seharusnya dirawat malah ditancapi paku untuk menempelkan gambar-gambar yang cakep-cakep itu dan alhasil jaringan pohon akan terluka, seperti manusia jika terluka pasti merasakan sakit. Setelah selesai dikemanakan sampah baliho-baliho tersebut, jawabanya pasti dibuang begitu saja dan tentunya akan meningkatkan volume plastic dilingkungan kita. Disamping itu sudah berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan dan pemasangan baliho-baliho itu.
Dari kata-kata diatas dapat dilihat berapa banyak kerugian dari pemasangan foto-foto dijalanan, padahal sebetulnya calon pemimpin kita akan membantu masyarakat, namun diawali dengan suatu hal yang merugikan yang lain. Mungkin beberapa calon pemimpin kita tidak mempertimbangkan sampai disitu, padahal efek langsung dan tak langsung akan dirasakan oleh celon-calon pemimpin kita.
Kampanye secara filosofi merupakan bentuk pengenalan diri kita kepada masyarakat. Seorang pemimpin harus dikenal, dikenang dan dicintai oleh masyarakat sepanjang masa. Apakah dengan waktu satu atau dua bulan masyarakat akan mengenal dan mengenang jasa para calon pemimpin kita ?? Tentu tidak. Untuk mengenal orang lain sampai terkenang butuh waktu yang sangat panjang, sehingga sangat tidak masuk akal bagi para pemimpin yang ingin terpilih dengan kampanye yang bersifat “GRADAKAN”.
Untuk bisa dikenang dan dicintai oleh masyarakat kita harus mendekat dan menyatu dengan masyarakat dalam berbagai program –program yang membantu masyarakat dengan tulus dan jauh –jauh hari sebelum acara pemilu, bisa jadi tiga atau empat tahun sebelum pemilu dilaksanakan. Walaupun ada misi dibalik itu, namun pada dasarnya menata niat untuk memperjuangkan rakyat. Ketika kita memiliki kenangan dengan masyarakat, kita tidak perlu lagi memajang foto-foto yang justru memakan biaya dan mengurangi keindahan lingkungan.
Jadi bagi saudara-saudariku, jika kita memiliki keinginan untuk menjadi wakil rakyat yang benar-benar ingin membantu masyarakat. Mari kita publikasikan diri kita mulai dari sekarang. Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang bersifat membantu dan mewarnai, bukan malah menganggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar