KOMPASIANA.com - Hajatan demokrasi yang masih bisa dikatakan jauh (lama) waktunya, namun aromanya sudah sangat menyengat di penciuman publik saat ini. terutama tentang siapa calon pemimpin berikutnya pasca SBY yang berkuasa 2 periode.. kefiguran memang masih sangat relevan sebagai penghantar opini yang akan disuguhkan kepada masyarakat, maka tidak aneh jika para kandidat jauh jauh hari sudah memasang strategi untuk “pencitraan” dirinya dalam rangka merebut hati masyarakat. memang sah sah saja, siapapun berhak untuk memimpin negeri ini, dan itu di jamin oleh undang undang.
Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa kita (masyarakat) haruslah benar benar belajar dari pengalaman yang sudah sudah bahwa pemimpin kedepan memang pemimpin yang mampu membawa perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik bukan sebaliknya, artinya rakyat sekarang jangan mau dibodohi lagi seperti membeli kucing dalam karung, artinya rakyat harus benar benar mengenali figur calon pemimpinnya dalam arti “track reccord” atau rekam jejaknya selama ini, agar tidak ada penyesalan dikemudian hari. rakyat jangan tertipu oleh figur yang nampak santun karena sudah terbukti pemimpin yang slalu menjargonkan politik santun nyatanya “merampok” membabi buta, korupsi malah menjadi “isi” agenda pemerintahan yang malah dilakukan secara sistematis dan berjamaah oleh kekuasaan. fenomena politik uang harus dimanfaatkan dengan cerdik oleh rakyat bahwa sah sah saja uang itu diterima rakyat tetapi tetap berprinsip dalam menentukan pilihannya. jangan berfikir singkat tetapi renungkan dengan hati dan pikiran yang jernih bahwa siapapun calon pemimpin yang berusaha dengan cara “membeli” kursi kekuasaan, maka bisa dipastikan setelah berrkuasa dia akan “mencuri” sebagai modal balik saat dia kampanyenya.
2014 nanti diharapkan bisa menjadi pintu sebuah perubahan yang diawali oleh rakyat sendiri, meskipun sebenarnya harapan itu tidak mudah karena secara sistemik sistem pemilihan itu sendiri sudah dikuasai (diatur) oleh pihak tertentu, namun bukan berarti rakyat tidak bisa memenangkan pertarungan karena walau bagaimanapun rakyat adalah Penentu Utama setelah Tuhan. itulah revolusi damai yang bisa dilakukan oleh rakyat.
Penulis : Asbit Panatagara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar